Kamis, 26 April 2012

Kelainan Bentuk Janin,

A. Pertumbuhan Janin yang Berlebihan
1. Pendahuluan
Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 dan jarang melebihi 5000 gram. Yang dinamakan bayi besar adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4 %. Pada panggul normal,janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Pada janin besar, faktor keturunan memegang peranan penting. Selain itu, janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada grande multipara. Hubungan antara ibu hamil yang makannya banyak dan bertambah besarnya janin, masih diragukan.
2. Diagnosis
Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Pemeriksaan yang teliti tentang adanya disproporsi sefalopelvik dalam hal ini perlu dilakukan. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara teliti dengan menggunakan alat ultrasonik.
3. Prognosis
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada postmaturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala ke bawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan pada nervus brakhialis dan muskulus sternokleidomastoideus.
4. Penanganan
Pada disproporsi sevalopelvik karena janin besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan. Kesulitan melahirkan bahu tidak selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan episiotomi mediolateral yang cukup luas, hidung serta mulut janin dibersihkan, kemudian kepala ditarik curam ke bawah secara hati-hati dengan kekuatan yang terukur. Bila tidak berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga panggul, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lahir di bawah simfisis. Bila dengan cara ini pun belum berhasil, penolong memasukkan tangannya ke dalam vagina dan berusaha melahirkan lengan belakang janin dengan menggerakkan di muka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri digunakan tangan kanan penolong, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul guna melahirkan lengan depan.
Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kleidotomi pada satu atau kedua klavikula untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir.

B. Hidrosefalus
1. Defenisi
Hidrosefalus ialah keadaan di mana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500 sampai 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Hidrosefalus seringkali disertai kelainan bawaan lain seperti spina bifida. Karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang. Bagaimana pun letaknya, hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya.
2. Diagnosis
Bila janin dalam presentasi kepala, diagnosis tidak terlalu sulit. Untuk memudahkan pemeriksaan, kandung kencing harus dikosongkan lebih dahulu. Pada palpasi ditemukan kepala yang jauh lebih besar daripada biasa serta menonjol di atas simfisis. Karena kepala janin besar dan tidak dapat masuk ke dalam panggul, denyut jantung paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi. Pada pemeriksaan dalam diraba sutura-sutura dan ubun-ubun yang melebar dan regang, sedangkan tulang kepala sangat tipis dan mudah ditekan. Pemeriksaan rontgenologik menunjukkan kepala janin sangat besar dengan tulang-tulang yang sangat tipis. Diagnosis hidrosefalus pada letak sungsang lebih sulit dan sering baru dibuat setelah dialami kesulitan dalam kelahiran kepala, di mana teraba kepala yang besar menonjol di atas simfisis. Pemeriksaan rontgenologik pada hidrosefalus dengan janin dalam letak sungsang tidak dapat memberi kepastian, karena kepala normal pada letak sungsang dapat memberi gambaran seolah-olah sangat besar. Untuk menghindarkan kesalahan pada pemeriksaan rontgenologik harus diperhatikan beberapa hal : 1) muka janin sangat kecil bila dibandingkan dengan tengkorak; 2) kepala berbentuk bulat, berbeda dengan kepala biasa yang berbentuk ovoid; 3) bayangan tulang kepala sangat tipis.
Untuk menghilangkan keragu-raguan dapat pula dibantu dengan pemeriksaan secara ultrasonik atau M.R.I. Kemungkinan hidrosefalus harus dipikirkan apabila :
1) kepala tidak masuk ke dalam panggul, pada persalinan dengan panggul normal dan his kuat.
2) kepala janin teraba sebagai benda besar di atas simfisis.
3. Prognosis
Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya ruptura uteri akan mengancam penderita tersebut. Ruptura uteri pada hidrosefalus dapat terjadi sebelum pembukaan serviks menjadi lengkap, karena tengkorak yang besar ikut meregangkan segmen bawah uterus.
4. Penanganan
Persalinan pada wanita dengan janin hidrosefalus perlu dilakukan pengawasan yang seksama, karena bahaya terjadinya ruptura uteri selalu mengancam. Pada hidrosefalus yang nyata, kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan. Pada pembukaan 3 cm cairan cerebrospinalis dikeluarkan dengan pungsi pada kepala menggunakan jarum spinal;setelah kepala mengecil, bahaya regangan segmen bawah uterus hilang, sehingga tidak terjadi kesulitan penurunan kepala ke dalam rongga panggul. Bila janin dalam letak sungsang, pengeluaran cairan dari kepala yang tidak dapat lahir dilakukan dengan pungsi atau perforasi melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura temporalis. Dianjurkan pula untuk mencoba melakukan ventrikulosentesis transabdominal dengan jarum spinal; dalam hal ini kandung kencing harus dikosongkan lebih dahulu.

C. Kelainan Bentuk Janin yang Lain.
1. Janin Kembar-Melekat (Double Monster)
Janin kembar melekat adalah keadaan di mana terdapat perlekatan antara 2 janin pada kehamilan kembar. Janin yang satu dapat jauh lebih kecil daripada yang lain, tetapi dapat pula kedua janin kira-kira sama besarnya. Pada jenis pertama kadang-kadang janin yang satu sangat kecil dan tidak lengkap, sehingga seolah-olah merupakan parasit pada yang lain. Bentuknya tidak simetris dan penyatuan kedua janin tidak terjadi antara dua bagian yang sama (misalnya antara kepala dengan dada). Pada jenis kedua, penyatuan terjadi secara longitudinal atau secara lateral. Pada penyatuan longitudinal kepala yang satu berhubungan dengan kepala yang lain (kraniopagus), atau panggul yang satu dengan panggul yang lain (pigopagus). Penyatuan lateral bisa terjadi pada dada (torakopagus) atau pada daerah perut (omfalopagus). Kemungkinan dapat terjadi penyatuan bagian bawah tubuh seluruhnnya dengan dua kepala (disefalus) dan dengan satu kepala (sinsefalus)
Diagnosis janin kembar melekat sukar ditentukan antepartum. Kadang-kadang pemeriksaan rontgenologik yang dilakukan atas dugaan adanya hamil kembar dapat menunjukkan adanya penyatuan kedua janin. Pada umumnya diagnosis baru dapat ditegakkan bila persalinan macet dan pada pemeriksaan jalan lahir kelainan tersebut kebetulan ditemukan oleh tangan penolong. Kelahiran janin kembar melekat dengan satu janin yang jauh lebih kecil daripada yang lain dan janin kembar dengan penyatuan janin secara longitudinal biasanya berlangsung tanpa kesukaran. Kesukaran persalinan biasanya terjadi pada janin kembar melekat dengan penyatuan janin secara lateral. Meskipun demikian, terdapat banyak kasus biasanya terjadi persalinan prematur, atau hubungan antara kedua janin tidak seberapa erat, sehingga kelahiran yang satu dapat mendahului yang lain. Torakopagus merupakan janin kembar melekat yang paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
Apabila terjadi kemacetan, dapat dilakukan tindakan vaginal dengan merusak janin, atau melakukan seksio sesarea. Tindakan pertama dapat dilakukan lebih mudah pada letak sungsang karena janin dapat digunakan sebagai pegangan dalam melaksanakan tindakan tersebut. Pada umumnya seksio sesarea lebih aman untuk melahirkan janin kembar melekat daripada melakukan pembedahan vaginal yang sukar. Pada antenatal care yang baik dengan mempergunakan USG pada 16-18 minggu kehamilan atau MRI kiranya lebih dini dapat ditentukan apakah kehamilan dapat dilangsungkan atau dihentikan mengingat prognosis dari monster tersebut tidak selalu baik.
2. Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distosia, akibat dari asites, atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai. Kandung kencing yang sangat penuh dapat pula menimbulkan gejala yang sama. Diagnosis dapat dibuat dengan memasukkan tangan ke dalam uterus, dan meraba perut janin. Apabila terjadi kesukaran persalinan, bila perut berisi cairan (asites, tumor kistik), dapat dilakukan pungsi perut, akan tetapi bila disebabkan oleh tumor padat, sebaiknya dilakukan seksio sesarea atau pengecilan tumor per varginam.
3. Tumor-tumor lain pada janin
Di samping tumor-tumor dalam perut yang sudah dibahas di atas, masih ada tumor-tumor pada bagian lain bagian lain tubuh janin yang dapat menyebabkan distosia. Tumor pada glandula tireoidea jarang sekali demikian besar sehingga menimbulkan distosia. Tetapi bila dijumpai, terapi yang terbaik ialah seksio sesarea. Tumor pada daerah pelvis janin, biasanya merupakan jenis teratoma atau janin kembar melekat jenis pigomelus parasitikus. Pada presentasi kepala, tumor pelvis biasanya tidak menimbulkan kesukaran persalinan; kesukaran lebih sering terjadi bila janin dalam letak sungsang, dan untuk ini perlu dilakukan pengecilan tumor per vaginam.

D. Prolapsus Funikuli
1. Defenisi
Prolapsus funikuli ialah keadaan di mana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Apabila tali pusat dapat diraba di samping atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban belum pecah, keadaan itu dinamakan tali pusat terdepan. Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia, bahwa angka kejadian prolapsus funikuli berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan.
2. Etiologi
Keadaan-keadaan yang menyebabkan gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali pusat dan terjadinya prolapsus funikuli. Dengan demikian prolapsus funikuli sering ditemukan pada letak lintang dan letak sungsang, terutama presentasi bokong kaki. Pada presentasi kepala, antara lain dapat terjadi pada disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilan prematur lebih sering dijumpai, karena kepala anak yang kecil tidak dapat menutupi pintu atas panggul.
3. Diagnosis
Adanya tali pusat menumbung atau tali pusat terdepan pada umumnya baru dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam setelah terjadi pembukaan ostium uteri. Pada tali pusat terdepan, dapat diraba bagian yang berdenyut di belakang selaput ketuban, sedangkan pada prolapsus funikuli tali pusat dapat diraba dengan dua jari; tali pusat yang berdenyut menandakan bahwa janin masih hidup. Oleh karena diagnosis pada umumnya hanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan dalam, maka pemeriksaan dalam mutlak harus dilakukan pada saat ketuban pecah bila bagian terendah janin belum masuk ke dalam rongga panggul. Pemeriksaan dalam perlu pula dilakukan apabila terjadi kelambatan denyut jantung janin tanpa adanya sebab yang jelas.
4. Penanganan
Pada prolapsus funikuli, janin menghadapi bahaya hipoksia, karena tali pusat akan terjepit antara bagian terendah janin dan jalan lahir, sedangkan pada tali pusat terdepan ancaman bahaya tersebut sewaktu-waktu dapat terjadi.
Pada prolapsus funikuli dengan tali pusat yang masih berdenyut, tetapi pembukaan belum lengkap, maka hanya terdapat 2 pilihan, yakni melakukan reposisi tali pusat atau menyelamatkan persalinan dengan seksio sesarea. Cara yang terbaik untuk melakukan reposisi adalah dengan memasukkan gumpalan kain kasa yang tebal ke dalam jalan lahir, melilitkannya dengan hati-hati ke tali pusat, kemudian mendorong seluruhnya perlahan-lahan ke kavum uteri di atas bagian terendah janin. Tindakan ini lebih mudah dilakukan bila wanita yang bersangkutan ditidurkan dalam posisi Trendelenburg.
Apabila diambil keputusan untuk melakukan seksio sesarea, maka sementara menunggu persiapan perlu dijaga agar tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit oleh bagian terendah janin. Untuk hal itu, selain meletakkan wanita dalam posisi Trendelenburg, satu tangan dimasukkan ke dalam vagina untuk mencegah turunnya bagian terendah di dalam rongga panggul. Pada multipara dengan ukuran panggul normal, pada waktu pembukaan lengkap, janin harus segera dilahirkan. Pada letak sungsang janin dilahirkan dengan ekstraksi kaki, pada letak lintang dilakukan versi ekstraksi, sedangkan pada presentasi belakang kepala dilakukang tekanan yang cukup kuat pada fundus uteri pada waktu his, agar supaya kepala janin masuk ke dalam rongga panggul dan segera dapat dilahirkan, bilamana perlu, tindakan ini dapat dibantu dengan melakukan ekstraksi cunam.
Pada keadaan di mana janin sudah meninggal, tidak ada alasan untuk menyelesaikan persalinan dengan segera. Persalinan diawasi sehingga berlangsung spontan, dan tindakan hanya dilakukan apabila diperlukan demi kepentingan ibu. Pada tali pusat terdepan penderita ditidurkan dalam posisi Trendelenburg dengan harapan bahwa ketuban tidak pecah terlalu dini dan tali pusat masuk kembali ke dalam kavum uteri. Selama menunggu, denyut jantung janin diawasi dengan seksama sedangkan kemajuan persalinan hendaknya selalu dinilai dengan pemeriksaan dalam untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi, Jilid 1, Edisi 2. EGC: Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi, Jilid 2, Edisi 2. EGC: Jakarta.
Tahir, Mardiah dan Farid, Retno Budiati. 2007. Buku Panduan Kerja, Keterampilan Pemeriksaan Obstetri. FK-UH: Makassar.
Winkjosastro H.,dkk. 2007. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardho.

ANAK HIPERAKTIF


PENDAHULUAN
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.

Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalammemahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. 

DIVINISI ANAK HIPERAKTIF
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3. Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Sumber :
  • Menerobos Dunia Anak, Dr. Mary Go Setiawani, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000
  • Zafiera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati.
  • www. CyberNews Suara Merdeka.com
  • Irawati Ismail.R.Terapi Psikofarmakologi pada
  • www.balita-anda.com

Minggu, 22 April 2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIPERTENSI


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI

I.            IDENTIFIKASI MASALAH
Hipertensi adalah Suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri yang mengakibatkan sup;ai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tkanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,gagal jantung,serangan jantung,dan kerusakan ginjal yang merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
 Gangguan kesehatan ini ditandai terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90 mmHg atau lebih. Pada Populasi lansia,hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan sistolik 90 mmHg. (Smelter,2001)

II.         PENGANTAR
Bidang Studi     : Kebidanan Komunitas
Topik               : Hipertensi
Sub Topik        : Pentingnya Pengetahuan Tentang Hipertensi
Sasaran            : Lansia di
Hari/Tanggal     : Tahun 2012
Jam                  : 11.00-11.40 WIB
Waktu              : 40 menit
Tempat :  di Posyandu “CAHAYA”

III.         TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Hipertensi di Posyandu “CAHAYA” selama 40 menit, diharapkan ibu-ibu yang menderita atau beresiko terhadap Hipertensi

IV.         TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Hipertensi di Posyandu “CAHAYA” selama 40 menit, diharapkan ibu-ibu yang dapat mengetahui tentang:
1.      Pengertian Hipertensi
2.      Penyebab Hipertensi
3.      Gejala Hipertensi
4.      Dampak & Komplikasi yang terjadi
5.      Pencegahan dan Penanganan

V.         MATERI
Terlampir

VI.         MEDIA
1.      Materi SAP
2.      Leaflet

VII.      METODE
1.      Penyuluhan
2.      Tanya jawab

VIII.      KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
1.
5 menit
Pembukaan :
  1. Memberi salam
  2. Menjelaskan tujuan penyuluhan
  3. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan

Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatikan
2.
20 menit
Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.
Materi :
1.      Pengertian Hipertensi
2.      Penyebab Hipertensi
3.      Gejala Hipertensi
4.      Dampak & Komplikasi yang terjadi
5.      Pencegahan dan Penanganan

Menyimak dan memperhatikan
3.
10 menit
Evaluasi :
-         Menyimpulkan inti penyuluhan
-         Menyampaikan secara singkat materi penyuluhan
-         Memberi kesempatan kepada ibu-ibu untuk bertanya
-         Memberi kesempatan kepada ibu-ibu untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan

Menyimak dan mendengarkan
4.
5 menit
Penutup :
-         Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah disampaikan
-         Menyampaikan terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah di berikan kepada peserta
-         Mengucapkan salam

Menjawab salam

      

IX.         LAMPIRAN MATERI
A.     Pengertian
Hipertensi adalah terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Disebut hipertensi apabila seseorang yang terkena :
1.      Telah berumur 18 tahun atau lebih.
2.      Bila 2x kunjungan berbeda tekanan diastolik 90 atau lebih.
3.      Beberapa kali pengukuran tekanan sistolik menetap 140 mmHg atau lebih.

B.        Penyebab Hipertensi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian karena orang yang terserang cukup  banyak dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan, serta mempunyai konsekuensi tertentu.
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi dalam 2 golongan  yaitu :
  1. Hipertensi primer/esensial à tidak diketahui penyebabnya, biasanya dihubungkan dengan faktor keturunan, kebiasaan hidup, konsumsi garam dan lemak tinggi,strees, merokok.
  2. Hipertensi sekunder à penyebab pada umumnya dapat diketahui secara pasti, seperti : gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.

C.                 Tanda dan Gejala

1.      Sakit kepala dan pusing (bagian belakang) terutama bila bangun tidur.
2.      Nggliyer (Bhs. Jawa), terasa melayang.
3.      Rasa berat ditengkuk atau leher.
4.      Kadang mimisan.
5.      Emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung.
6.      Telinga berdenging.
7.      Sukar tidur.
8.      Mata berkunang-kunang.
9.      Rasa mual atau muntah.

D.                Klasifikasi atau Derajat Hipertensi

The Join National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure. (komite deteksi, evaluasi, dan pengobatan hipertensi). Mengklasifikasikan hipertensi dalam tabel di bawah ini :

Tabel Stadium Hipertensi 

Kategori
Sistolik (Atas)
Diastolik (Bawah)
Normal tinggi (perbatasan )
130-190
85-89
Stadium I Ringan
140-159
90-99
Stadium 2 Sedang
160-179
100-109
Stadium 3 Berat
180-209
110-119
Stadium 4 Sangat Berat
³ 210
£ 120

E.                 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

Kelompok risiko yang rawan terhadap hipertensi :
1.      Obesitas
2.      Perokok
3.      Peminum alkohol
4.      Penyakit DM dan jantung
5.      Wanita yang tidak menstruasi
6.      Stress
7.      Kurang olah raga
8.      Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak

F.                  Komplikasi

Efek pada organ :
1.            Otak
-               Pemekaran pembuluh darah
-               Perdarahan
-               Kematian sel otak : stroke
2.            Ginjal
-               Malam banyak kencing
-               Kerusakan sel ginjal
-               Gagal ginjal
3.            Jantung
-               Membesar
-               Sesak nafas (dyspnoe)
-               Cepat lelah
-               Gagal jantung

G.                Cara pencegahan dan perawatan hipertensi

1.      Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
2.      Batasi pemakaian garam.
3.      Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi dalam keluarga.
4.      Tidak merokok.
5.      Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
6.      Hindari minum kopi yang berlebihan.
7.      Batasi makanan. 
8.      Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
9.      Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.



Bagi yang sudah sakit
  1. Berobat secara teratur.
  2. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.
  3. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertens

H.             Makanan yang dianjurkan

·      Beras, kentang, ubi, mie, maezena, hunkue, terigu, gula pasir.
·      Kacang-kacangan dan hasilnya seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
·      Minyak gorng, margarine tanpa garam.
·      Sayuran dan buah-buahan tawar.
·      Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sere, cukak.

I.             Makanan yang tidak diperbolehkan

1. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang.
2. Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan, seperti :
§   Biskuit, bolu dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda
§   Dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur asin, telur pindang.
§   Keju, selai kacang tanah.
§   Margarine, mentega.
3.   Acar, asinan sayuran, sayur dalam kaleng.
4.   Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
5.   Kecap, terasi, petis, dan saos tomat.

J. Pengobatan tradisonal untuk Hipertensi
1. buah ketimun
2. Buah belimbing.
3. Daun seledri
Cara membuat obat tradisional:
1. 1/2 kg buah ketmun/belimbing cuci hingga bersih.
2. Kupas kulit dan kemudian diparut.
3. Saring airnya dengan penyaring.
4. Setelah disaring kemudian diminum.
5. Lakukan setiap hari kuang lebih 1kg untuk 2 kali minum.



     XII.      DAFTAR PUSTAKA

hafifahparwaningtyas.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada lansia dengan. html/m=1
materi SAP dari puskesmas Turi, Sleman